by

Cegah RSV (Respiratory Syncytial Virus) penyebab ISPA Berat dengan Imunisasi

JAKARTA, GANLOP.COM – Makin bertambahnya usia seseorang maka semakin menurun pula daya tahan atau kekebalan tubuh yang menyebabkan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi menular. Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan vaksinasi.

Sangat penting untuk memahami tentang penyakit-penyakit menular atau infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi terutama penyakit yang disebakan oleh infeksi virus pernafasan seperti kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan Pneumonia yang terkait saluran napas bawah.

Melihat kebutuhan tersebut, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan didukung oleh GSK Indonesia menyampaikan pentingnya upaya peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat akan penyakit infeksi menular yang dapat di cegah dengan imunisasi.

Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI juga menyosialisaikan adanya pembaruan pada Jadwal Imunisasi Dewasa 2025. Harapannya, pembaruan ini dapat membuat orang dewasa di Indonesia semakin teredukasi dan memiliki akses terhadap imunisasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi yang terdapat pada Jadwal Imunisasi Dewasa 2025.

Ada berbagai penyakit infeksi virus yang rentan dialami orang dewasa, terutama lansia, salah satunya infeksi virus RSV (Respiratory Synctial Virus). Oleh karena itu, Jadwal Imunisasi Dewasa terbaru juga menambahkan Vaksin RSV (Respiratory Synctial Virus) untuk perlindungan terhadap penyakit yang disebabkan RSV mulai dari infeksi saluran pernapasan atas yang ringan hingga infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pneumonia yang dapat mengancam jiwa.

Untuk diketahui, RSV adalah virus pernapasan yang tersebar luas namun kurang dikenal, yang menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas pernapasan dari mereka yang terinfeksi.6 Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.7 Sebagian besar negara menunjukkan musim RSV, dengan sebagian besar infeksi RSV tahunan terjadi selama periode beberapa bulan. Di daerah beriklim sedang, RSV menyebabkan epidemi (peningkatan tak terduga dalam jumlah kasus penyakit di wilayah geografis tertentu) musiman, cenderung terjadi pada akhir musim gugur dan musim dingin, dengan durasi rata-rata peningkatan sirkulasi virus selama lima bulan. Sebagian besar negara subtropis dan tropis juga mengalami bulan-bulan yang konsisten (tidak berubah-ubah) dengan sirkulasi RSV yang tinggi setiap tahun tetapi tanpa pola musim yang jelas .5 Prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus3.

Menegakkan diagnosis infeksi RSV saat ini masih sulit, dikarenakan gejalanya yang mirip dengan infeksi pernapasan lain seperti flu biasa, termasuk batuk, pilek, dan demam. Selain itu, proses diagnosis membutuhkan tes khusus yang sering kali mahal, memakan waktu, dan tidak mudah diakses secara luas. Lansia dan individu dengan penyakit penyerta sering kali tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh RSV, sehingga mereka tidak mendapatkan diagnosis dan terapi yang sesuai dan pada akhirnya meningkatkan risiko komplikasi serius atau bahkan komplikasi fatal. Lebih lanjut, hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, yang menambah tantangan penanganannya, sehingga sangat penting untuk diutamakannya pemberian informasi tindakan pencegahan terhadap infeksi RSV salah satunya dengan vaksinasi.

Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, Ketua Umum PB PAPDI, menyatakan, “Sebagai dokter penyakit dalam di Indonesia, saya telah menyaksikan sendiri kebutuhan mendesak akan kebijakan yang kuat dalam menangani imunisasi dewasa”. Di Asia Pasifik, banyak dari orang dewasa melewatkan kesempatan untuk vaksinasi walaupun mereka telah mengetahui manfaat dari vaksinasi. Penurunan ini membuat orang dewasa berisiko terkena berbagai penyakit, termasuk ISPA atau pneumonia yang disebabkan karena RSV.”

Dr. Sally menambahkan, “Saya mengundang semua profesional kesehatan untuk secara proaktif memulai diskusi tentang vaksinasi dewasa yang tepat bagi pasien mereka selama konsultasi sehari-hari. Melalui percakapan proaktif ini, kita dapat menjamin bahwa pasien kita menerima vaksin yang mereka butuhkan untuk melindungi diri dari penyakit yang dapat dicegah, terutama populasi lansia dengan kondisi penyakit penyerta seperti penyakit kardiovaskular, jantung kronis, ginjal kronis, diabetes, asma, dan PPOK, dimana resiko rawat inap dan kematian pada populasi tersebut sangat besar. Sebagai salah satu contoh, sekitar 30% orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami komplikasi jantung ketika dirawat di rumah sakit dikarenakan RSV dan orang dewasa dengan gagal jantung memiliki tingkat rawat inap terkait RSV 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa tanpa gagal jantung9 Mari kita bekerja sama untuk meningkatkan cakupan imunisasi dewasa di Indonesia”

dr Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI mengakui peran penting langkah-langkah pencegahan dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dalam sebuah pernyataan, beliau menyatakan, “Pada era pandemik kita belajar bagaimana virus yang menyerang saluran pernapasan bisa berdampak berat terutama pada kelompok berisiko seperti lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Dengan populasi lansia Indonesia yang terus meningkat, potensi beban kesehatan dan ekonomi akibat infeksi saluran pernapasan akut pada lansia perlu menjadi perhatian serius. Untuk itu pencegahannya melalui upaya preventif dan promotif menjadi langkah penting, terutama pada kelompok berisiko tinggi. Dalam platform Satu Sehat kami, individu dapat dengan mudah mengakses informasi terkini mengenai penyakit infeksi menular dan upaya-upaya untuk pencegahannya. ” jelas dr. Ina.

Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, menyatakan “RSV ini sangat menular bahkan lebih menular dibandingkan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan menyebar dengan mudah melalui droplet di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya,dan meskipun sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari, lansia yang terinfeksi dapat menularkan virus untuk jangka waktu yang lebih lama.

Prof. Samsuridjal menambahkan “RSV sering digambarkan sebagai penyakit anak-anak karena anak-anak, seperti lansia, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mereka rentan. Namun pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa insiden rawat inap dan kematian akibat RSV jauh lebih tinggi pada lansia dibandingkan pada anak-anak. RSV adalah virus RNA yang termasuk dalam famili Pneumoviridae bersama dengan human metapneumovirus (HMPV). RSV menginfeksi sel-sel di sepanjang saluran pernapasan manusia, dari hidung hingga paru-paru. Infeksi RSV memiliki berbagai macam presentasi klinis, mulai dari kondisi tanpa gejala hingga pneumonia akut dan gangguan pernapasan yang mengancam jiwa. Pada beberapa data dokter di Rumah Sakit di Indonesia telah ditemukan kasus RSV positif termasuk pada kelompok lansia. Lansia dengan kondisi tertentu seperti pneumonia, gagal jantung kongestif, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko rawat inap yang lebih tinggi ketika terinfeksi RSV Pasien PPOK yang terinfeksi RSV diperkirakan 3,2 – 13,4 kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah sakit. Selain itu, RSV dapat menyebabkan berbagai komplikasi pernapasan yang berat pada lansia, termasuk henti napas dan gagal napas, gangguan pernapasan, dan emfisema”

Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, PAPDI menyoroti pentingnya pembaruan pada Jadwal Imunisasi Dewasa ini, dengan menyatakan, “Jadwal Imunisasi Dewasa berfungsi sebagai alat referensi penting bagi orang dewasa untuk tetap terinformasi mengenai vaksinasi yang direkomendasikan. Pembaruan yang dibuat pada jadwal ini menandai sebagai langkah maju yang signifikan dalam perawatan kesehatan preventif dan menyoroti pentingnya komunikasi aktif dokter dengan pasien akan pentingnya vaksinasi dewasa. Jadwal ini juga mencakup pembaruan rekomendasi untuk penyakit infeksi pernafasan seperti Pneumokok dan RSV. Vaksin yang direkomendasikan ini menjadi antisipasi terjadinya tripledemic yaitu kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan yang diakibatkan oleh Influenza, Covid-19, dan RSV. Sangat penting untuk memprioritaskan vaksinasi untuk individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah lansia dan memliki kondisi medis kronis.”

dr. Sukamto menambahkan, “Saya mendorong rekan-rekan tenaga kesehatan profesional dan media untuk mempelajari Jadwal Imunisasi Dewasa yang telah diperbarui dan rekomendasi spesifik yang telah diberikan oleh Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI. Dengan menerapkan pedoman ini ke dalam praktik sehari-hari Anda, kita dapat memastikan bahwa individu dapat menerima vaksin yang sesuai dengan interval yang telah direkomendasikan serta meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Vaksinasi juga menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis yang berpotensi berbiaya mahal. Akibatnya, selain memberikan manfaat sosial dan ekonomi, vaksinasi pada orang dewasa dapat mencegah penyebaran penyakit serius yang dapat mengakibatkan kesehatan yang buruk, kehilangan pekerjaan, tagihan medis, dan ketidakmampuan dalam merawat keluarga. Mari kita tetap mengikuti perkembangan terkini, terus memberi informasi kepada diri kita dan pasien, dan bekerja sama untuk memastikan bahwa orang dewasa dalam perawatan kita menerima vaksinasi yang sesuai seperti yang direkomendasikan dalam Jadwal Imunisasi Dewasa 2025 yang dapat diakses pada www.satgasimunisasipapdi.com”

 

 

 

 

 

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *