GANLOP.COM – PT Unilever Indonesia, Tbk. kembali menggelar Indonesia Hygiene Forum (IHF) yang kali ini memasuki kali pelaksanaan kesepuluh. Sebagai forum yang menjembatani kolaborasi antara seluruh pihak yang terkait dalam kesehatan dan higienitas, IHF berkomitmen memberikan edukasi mengenai pentingnya hidup bersih dan higienis melalui topik-topik yang relevan dengan kondisi terkini. Dihadiri sejumlah asosiasi di bidang kesehatan dan higienitas, komunitas ibu, hingga komunitas pemerhati lingkungan, kali ini IHF mengupas betapa isu perubahan iklim yang ada di depan mata tidak hanya mengancam kelestarian alam, namun juga kesehatan keluarga.
Suhu di berbagai belahan dunia terus melonjak, sehingga 2023 diprediksi menjadi tahun terpanas dalam sejarah[1]. Di balik fakta ini, timbul begitu banyak dampak; seperti naiknya permukaan laut, polusi udara, punahnya aneka spesies mahluk hidup, krisis pangan, dan yang tak kalah nyata: ancaman terhadap kesehatan.
Nurdiana Darus selaku Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia, Tbk. menerangkan, “Selama 90 tahun beroperasi di Tanah Air, Unilever Indonesia senantiasa berkomitmen meningkatkan kesehatan dan higienitas masyarakat – sejalan dengan strategi “The Unilever Compass”. Selain mengakselerasi lahirnya produk-produk kebersihan dan higienitas berkualitas yang mampu melindungi masyarakat dari risiko kesehatan yang kini semakin kompleks, kami senantiasa mempersembahkan berbagai bentuk edukasi bertema kesehatan dan higienitas.”
“Kali ini, Unilever Indonesia menjadikan IHF edisi ke-10 sebagai sarana dalam merangkul berbagai pihak – mulai dari Pemerintah, akademisi, praktisi kesehatan dan lingkungan, hingga tim R&D kami – untuk bersama-sama meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya penerapan PHBS sehari-hari, khususnya di tengah kondisi perubahan iklim yang kian meresahkan,” lanjut Nurdiana.
Terkait hal tersebut, dr. Anas Ma’ruf, MKM, Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI menyampaikan, “Menyikapi perubahan iklim, perlu diketahui bahwa 24% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan modifikasi lingkungan untuk menurunkan kejadian penyakit, salah satunya dengan peningkatan sanitasi. Maka, sanitasi dan kebersihan lingkungan memiliki peran penting dalam Enam Pilar Tranformasi Kesehatan yang digalakkan oleh Kemenkes RI, yaitu di pilar pertama yang berkaitan dengan transformasi layanan primer, termasuk melalui edukasi masyarakat. Selain itu, di dalam lima pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), Kemenkes RI juga memiliki kebijakan untuk medorong perubahan perilaku. Kami percaya, program adaptasi perubahan iklim di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan kolaborasi dengan kerjasama semua pihak mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat. Oleh karena itu, kami mengapresiasi terlaksananya Indonesia Hygiene Forum sebagai salah satu kegiatan yang membantu pemerintah dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Dr. Budi Hartono, S.Si., M.K.M, Sekretaris Departemen Kesehatan Lingkungan – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menjelaskan, “Perubahan iklim adalah ancaman kesehatan terbesar di abad ke-21[2]. Kematian akibat masalah seperti kekurangan gizi, diare, malaria, hingga cuaca ekstrem sangat bersinggungan dengan isu perubahan iklim. Mobilitas manusia yang kian meningkat menjadi sarana efektif penularan dan penyebaran penyakit. Begitu juga dengan kerusakan lingkungan, yang memperburuk kualitas hidup dan kesehatan serta meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Salah satu kerentanan yang penting untuk diantisipasi dalam upaya mereduksi efek ”pajanan” atau exposure dari pencemar lingkungan adalah Perilaku Pemajanan atau Behavioral Exposure. Contohnya di dalam air yang terkontaminasi, ada begitu banyak jenis bakteri, virus dan parasit yang mengancam kesehatan, sehingga masyarakat harus menghindari atau mengurangi pajanan dari air yang tercemar tersebut. Untuk itu, sangat diperlukan kewaspadaan dengan mengepankan Paradigma Kesehatan Lingkungan yang menitikberatkan pada keseimbangan 3 unsur yaitu: Media Lingkungan, Host (Makhluk Hidup), dan Agen Penyakit serta memahami jalur transmisinya, sehingga masyarakat dapat melakukan perubahan menuju Perilaku Hidup Bersih dan Higienis atau PHBS guna mencegah meningkatnya dampak kesehatan dari perubahan iklim.”
Senada dengan hal tersebut, Firdza Radiany, Inisiator Pandemic Talks sekaligus Praktisi Komunikasi Kesehatan dan Lingkungan menjabarkan, “Fakta menyebutkan bahwa 58% penyakit menular pada manusia dipengaruhi oleh krisis iklim[3]. Di tengah masalah ini, hanya 44% masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan tentang fenomena pemanasan global, dan baru 18% yang percaya bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia. Artinya, krusial pula bagi kita semua untuk meningkatkan pemahaman terhadap isu ini, dan memulai gaya hidup berkelanjutan, yaitu gaya hidup yang memperhatikan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dan kelestarian alam. Hal sederhana yang bisa kita lakukan antara lain lebih bijak dalam mengonsumsi makanan, mengelola sampah, mulai menggunakan transportasi umum, hingga memilih produk-produk higienitas yang berkualitas sekaligus lebih ramah lingkungan secara bahan kandungan maupun kemasan.”
Ernest Basarah, R&D Head of Home Care PT Unilever Indonesia, Tbk. menanggapi, “Menanggapi kebutuhan yang semakin urgent terhadap produk-produk kebersihan dan higienitas yang mampu menjawab tantangan perubahan iklim, Unilever Indonesia mengedepankan teknologi terkini yang mendorong transisi tindakan pembersihan dan desinfeksi yang tadinya menggunakan bahan kimia menjadi bahan biologis, yaitu melalui teknologi probiotik. Selama ini probiotik dikenal sebagai 100% bakteri baik alami yang hidup berdampingan dengan manusia di alam sehingga lebih ramah lingkungan, namun tetap memiliki keunggulan superior dalam membunuh kuman. Solusi ini kami hadirkan dalam bentuk produk desinfektan dengan Bioshield Protection, yang mampu membunuh 99,9% kuman dan memberikan perlindungan terhadap pertumbuhan kuman dan jamur penyebab alergi hingga 3 hari.”
“Lebih dari itu, sejalan dengan komitmen Clean Future yang diluncurkan divisi Home Care Unilever secara global tahun 2020 lalu sebagai langkah penting menuju komitmen net zero emissions dari produk-produk kami pada tahun 2039, kami menggunakan pendekatan teknologi material yang mengoptimalkan ukuran dan berat kemasan, serta mengembangkan material alternatif untuk menggantikan plastik. Beberapa upaya pengurangan virgin plastic pada kategori Home Care telah dilakukan dengan menggunakan plastik yang lebih baik, seperti pada kemasan produk Rinso, Molto, Sunlight, Wipol dan Vixal. Kami percaya upaya ini akan memberikan konsumen pilihan produk kebersihan dan higienitas dengan hasil terbaik, harga yang terjangkau, dan berdampak positif terhadap lingkungan,” lanjut Ernest.
“Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, Unilever Indonesia akan terus memainkan peranan sebagai produsen untuk mencegah permasalahan kesehatan di balik perubahan iklim dengan cara mengembangkan inovasi secara bertanggung jawab, memastikan ketersediaan produk, menyediakan produk yang berkualitas dan aman, serta memberikan edukasi berkelanjutan. Semoga pelaksanaan IHF akan semakin mempererat kerja sama dari semua pihak dalam menciptakan bumi dan keluarga Indonesia yang lebih sehat dan higienis,” tutup Nurdiana.
Comment