GANLOP COM – Cirebon merupakan salah satu kota bersejarah di Jawa Barat. Cirebon memiliki empat keraton unik, yaitu Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Selain itu, Cirebon juga memiliki kekayaan budaya, kesenian, dan juga wisata kuliner yang lezat.
Itu yang membuat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, baik Kabupaten maupun Kota Cirebon menjadikan pariwisata sejarah, budaya, dan kuliner sebagai salah satu andalan dalam meningkatkan pendapatan daerahnya. Salah satunya lewat program tahunan Cirebon Travel Mart (CTM) sejak 2024 lalu.
Di tahun 2025 ini, CTM mengambil tema “Familiarization Trip 2025” atau Famtrip, yang berlangsung pada 25 – 27 Juli lalu. Program ini mengundang para tamu yang terdiri dari pelaku wisata, penggerak budaya dari berbagai daerah, dan juga jurnalis.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, program Famtrip ini merupakan upaya memperkenalkan wajah asli Cirebon sebagai kota Pelabuhan yang dulunya menjadi titik temu budaya Arab, Cina, dan Jawa.
“Memiliki empat keraton dengan ratusan kisah sejarah dan budaya, merupakan kekayaan Cirebon yang belum sepenuhnya digali,” tukasnya.
Selama program ini berlangsung, para tamu diajak mengunjungi berbagai tempat destinasi wisata ikonik di Cirebon, seperti ke Museum Topeng, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan Goa Sunyaragi.
Museum Topeng Cirebon
Berlokasi di Jalan Siliwangi, Kejaksaan, Kota Cirebon, pengunjung museum ini dapat melihat 132 koleksi topeng yang terawat dengan baik di sana. Begitu memasuki area museum, replika Kereta Paksi Naga Liman, sebuah kereta kencana milik Keraton Kanoman, menyambut kehadiran pengunjung.
Pengunjung boleh memilih untuk memakai jasa edukator untuk menjelaskan mengenai sejarah hingga jenis topeng di Cirebon, atau cukup berkeliling museum seorang diri.
“Museum ini terbuka untuk umum dan gratis. Kita memang akan menawarkan kepada pengunjung yang datang apakah membutuhkan jasa guide untuk menjelaskan semuanya tentang koleksi topeng yang ada di sini, atau tidak. Karena ada juga orang yang datang ke museum hanya untuk menikmati suasananya atau melihat koleksi topeng secara sendiri,” kata Fiqqi Pujamantra, edukator Museum Topeng Cirebon.
Museum Topeng Cirebon diresmikan pada 2 September 2024. Selama hampir setahun ini, antusiasme masyarakat Cirebon mengunjungi museum ini cukup tinggi. Selain melihat ratusan koleksi topeng, museum ini juga menawarkan aktivitas mewarnai dan melukis topeng dengan biaya antara 15 – 35 ribu rupiah. Museum ini juga menawrkan produk UMKM seperti gantungan kunci, totebag, kaos, dan juga cangkir.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid ini berada di dalam komplek Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon. Bangunan ini dikenal juga dengan nama Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Gunung Jati. Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, tepatnya pada 1498 M.
Istimewanya, masjid ini dibangun oleh Wali Songo secara gotong-royong. Selain Sunan Gunung Jati, anggota Wali Songo yang berperan dalam pembangunan masjid ini adalah Sunan Kalijaga. Dengan arsitek dari Kerajaan Majapahit Bernama Raden Sepat, pembangunan masjid ini dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan Sunan Bonang berkontribusi untuk mengawasi manajemen dari masjid ini.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki atap limas bersusun tiga dan ukurannya semakin ke atas semakin kecil. Secara garis besar, masjid ini terdiri dari dua bagian, yaitu ruang utama dan serambi. Di dalam masjid ini terdapat saka guru (tiang utama) yang dibuat dari tatal, yaitu pecahan-pecahan kayu berukuran kecil yang disatukan.
Di dalam ruang utama terdapat 30 tiang berbentuk bulat dengan diameter 40 cm yang berdiri di atas umpak-umpak. Sementara pada bagian dinding lainnya dijumpai arsitektur bercorak Cina. Di bagian dalam masjid juga terdapat ukiran ornamen bunga teratai dan matahari yang merupakan simbol identik dengan Budha dan Hindu.
“Ini merupakan strategi dakwah sejak awal. Masjid ini memiliki Sembilan pintu yang merupakan simbol Wali Wali Songo dan keterbukaan bagi siapa pun. Dan, terbukti pada masa itu banyak umat agama lain masuk Islam, karena mereka merasa nyaman dan tenang berada di masjid ini. Ketika mereka sudah merasa seperti itu, barulah para wali menyampaikan dakwah, dan mereka lebih mudah menerima,” kata Muhammad Ismail, pengurus Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
GUA SUNYARAGI
Berdasarkan Caruban Nagari, Gua Sunyaragi dibangun sekitar tahun 1703 oleh Pangeran Kararangan, cicit dari Sunan Gunung Jati. Gua ini merupakan sebuah situs bersejarah di Cirebon yang menawarkan keunikan arsitektur yang memukau. Nama ‘Sunyaragi” sendiri berasal dari kata “sunya” yang berarti sepi, dan “ragi” yang berarti tempat untuk bermeditasi atau menyepi, mengolah jiwa dan raga.
Sesuai dengan namanya, Sunyaragi dulunya berfungsi sebagai tempat meditasi dan peristirahatan bagi keluarga Kesultanan Cirebon. Arsitektur bangunan memadukan gaya Hindu, Islam, Tionghoa, dan Eropa, yang mencerminkan akulturasi budaya di Cirebon. Yang menarik, bangunan di area Gua Sunyaragi terbuat dari tumpukan batu karang yang didatangkan langsung dari Pantai Selatan.
Gua Sunyaragi ini sebenarnya adalah komplek taman air buatan abad ke-18, dengan lorong-lorong misterius, kolam-kolam, dan juga patung-patung. Selain sebagai tempat peristirahatan, Gua Sunyaragi juga difungsikan sebagai tempat ibadah, meditasi, markas prajurit, dan bahkan tempat pembuatan senjata.
Ketika menjelajahi gua Sunyaragi maka akan ditemukan berbagai area menarik, seperti Gua Peteng (gua gelap) yang konon digunakan untuk bermeditasi. Ada juga Gua Pawon (dapur) yang fungsinya sebagai tempat menyiapkan makanan. Juga ada patung Gajah Mada yang berdiri megah.
Selain menyimpan sejarah panjang, Gua Sunyaragi juga diselimuti mitos yang diyakini masyarakat setempat. Salah satunya yaitu, pengunjung yang melanggar aturan di tempat tersebut akan sulit mendapatkan jodoh.
Comment