JAKARTA, GANLOP.COM – Untuk mengapresiasi salah satu atlet dari tim Visa, Eko Yuli Irawan yang berhasil membawa pulang medali perak ke Tanah Air lewat cabang olahraga angkat besi di Olimpiade Tokyo 2021 dan menginspirasi banyak orang untuk tetap berusaha mewujudukan mimpi mereka walaupun banyak rintangan, Visa menggelar acara Bincang Inspiratif Visa : Wujudkan Mimpi di Tengah Keterbatasan.
Eko Yuli Irawan lahir di Kota Metro, Lampung, Indonesia, 24 Juli 1989 (umur 32 tahun) adalah atlet angkat besi Indonesia dengan segudang prestasi. Tumbuh dalam keluarga yang sederhana, Eko memulai olahraga angkat besi sejak usia remaja dan memulai debut internasional pertamanya di usia 17 tahun, dalam ajang Junior World Weightlifting Championship 2006 di Hangzhou, China . Sejak saat itu, Eko memenangkan berbagai kompetisi internasional, dengan pencapaian paling berkesan adalah meraih dua medali emas dalam ajang Asian Games 2018 di Indonesia dan International Weightlifting Federation World Championship 2018 di Turkmenistan.
Dalam bincang tersebut, Eko membagikan suka duka yang harus dia jalani hingga bisa berhasil meraih mimpinya sekarang sebagai salah satu atlet kebanggaan Indonesia. Pria yang lahir di Lampung ini bercerita jika menggeluti bidang olahraga angkat besi ini tidak sengaja, dia hanya menyalurkan hobinya di bidang olahraga dan ingin bercita-cita memiliki piala di rumah.
“Tadinya memang tidak sengaja terjun di dunia angkat besi. Di rumah pengen punya piala, kalau lewat pendidikan tidak mungkin jadi olahraga saja yang memang sudah hobi dan rezekinya di angkat besi,” ungkapnya.
Awalnya Eko berlatih diam-diam tanpa sepengetahun orangtuanya, karena dia takut tidak diijinkan karena dia memiliki tanggung jawab untuk menggembala sapi. Namun lama kelamaan akhirnya Eko pun menjelaskan kepada orang tuanya. Dia membuktikan niatnya tidak main-main dengan mengikuti kejuaraan Nasional dan langsung meraih emas setelah 10 bulan latihan (tahun 2021).
“Sejak itulah saya mulai termotivasi karena pelatih saya bilang, kalau menang bisa banggain kedua katanya pelatih saya. Saya pun mulai punya mimpi,” ungkapnya.
Untuk mewujudukan mimpinya tersebut, Eko merantau ke Bogor di tahun 2001 untuk pelatihan yang mengharuskannya jauh dari keluarga. Jauh dari orangtua membuatnya berpikir ketika pulang harus membawa hasil yang memuaskan yaitu prestasinya.
Selama empat tahun di Bogor, kemudian ia mulai masuk Pelatnas yang memberinya kesempatan untuk bertanding di kejuaran Internasional. Berkat niat dan usaha, termasuk ke-konsistenannya, akhirnya pelan-pelan Eko bisa mewujudkan mimpinya.
“Kenapa bisa konsisten? Karena saya selalu punya target medali emas. Dari Olimpiade pertama dapat perunggu. Dan berikutnya meningkat lagi ke perak,” kata Eko.
Hambatan untuk meraih prestasi di Olimpiade pasti ada. Atlet berusia 32 tahun itu mengaku selalu dilanda cedera jelang Olimpiade. Kemudian di Tokyo 2020, persiapannya terganggu karena pandemi Covid-19. Tapi Eko tak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menghambat prestasi.
“Saya selalu hampir cedera di setiap Olimpiade sejak 2008. Persiapan paling setengah tahun. Jadwalnya (Olimpiade) Juli-Agustus. Pelatnas bulan dua atau tiga. Waktu singkat tapi harus dapet prestasi membanggakan. Mau tidak mau harus ngepush diri kita sendiri dan risikonya cedera,” tuturnya.
“Untungnya dalam keadaan seperti itu saya bisa menenangkan diri. Berdoa di hari pertandingan kita lupakan cedera atau rasa sakit. 2012 tulang kering retak. Tapi tetap positif thinking. Di Tokyo kendalanya pandemi. Di Olimpiade 2020 inginnya lebih dari itu (perak). Tapi dengan terlaksananya Olimpiade saja sudah luar biasa. Harus disyukuri,” ucapnya.
Saat ini Eko tengah fokus berlatih untuk persiapan pertandingan di PON XX Papua 2021. Dia akan turun mewakili Jawa Timur. Eko berharap dia bisa memenangkan medali emas di ajang tersebut.
Comment